Halal Bi Halal MWC NU Tirtomoyo, Kyai Abdullah Sa'ad Mengatakan Itu Budaya Yang Ada Dasarnya

  • Jul 06, 2019
  • artadiputra

sidorejo-wonogiri.desa.id "Halal bi halal merupakan produknya ulama Nahdlatul Ulama." Kata Kyai Abdullah Sa'ad pada acara Pengajian Akbar Halal Bi Halal MWC NU Kecamatan Tirtomoyo di Lapangan Sendangmulyo, Jum'at malam (5/7/2019). Nabi Muhammad bersabda "Man kanat ‘indahu mazlamatun liakhihi falyatahallalhu alyauma" barangsiapa pernah berbuat dzalim kepada saudaranya, maka hari itu harus minta kehalalannya (minta ma’af). Hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah. Nabi bersabda "Man sanna sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajruman ‘amilabiha" Barangsiapa membuat budaya yang baik di masyarakat maka dia akan mendapat pahala dari budaya yang baik itu sekaligus warisan pahala orang lain yang mengamalkannya. Halal bi halal adalah budaya yang ada dasarnya, maka pahalanya akan diterima. Dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim "Man ahdatsa fii amrinaa hadzaa maa laisa minhu fahuwa roddun" Siapa yang mengadakan budaya (perkara baru) dalam urusan (agama) kami ini, yang tidak ada dasarnya maka tidak akan diterima. "Sedangkan yang ada dasarnya maka akan diterima fahuwa makbulun." Kata Kyai yang merupakan pengasuh Ponpes Al Inshof Plesungan Karanganyar ini. Dosa kepada Alloh memohon ampunan kepada-Nya dengan syarat harus menyesal. Sedangkan dosa dengan sesama manusia harus meminta ma’af dan saling mema’afkan. Dalam Kitab Dalilul Falihin dosa itu bagaikan batu di atas kepala, apabila dosa semakin besar maka batu itu akan semakin besar dan akan jatuh di atas kepala. Dalam Kitab Jami’usulil Auliya orang yang banyak dosa akan dihukum (uqubah) yang jumlahnya ada 4 yaitu uqubah bil hijab ditutup atau dijauhkan dari mengenal Alloh, uqubah bil adzab disiksa, uqubah bil halaq dihancurkan, dan uqubah bil imsaq permohonannya kepada Alloh tidak dikabulkan. Nabi Muhammad bersabda dalam Kitab Shahih Bukhari "Man tasodaqo bi adli tamrotin min kasbin thoyibin fainalloha yakbalu wabi yaminihi tsuma yurobiha kama yurobi ahadukum fuluwahu hatta yakuna misla jabalin" Barangsiapa sedekah sebesar satu buah kurma (seharga satu kurma) diambilkan dari pekerjaannya yang baik (halal) maka Alloh akan menerimanya dengan penerimaan yang penuh menggunakan tangan kanannya (sebaik-baiknya). Lalu dirawat sedekah tersebut sampai sebesar gunung. Kyai Abdullah Sa’ad menyampaikan bahwa gurunya Maulana Habib Luthfi Pekalongan pernah berkata jangan sampai bercita-cita menjadi orang kaya jika tidak ingin memuliakan anak yatim. Jangan sampai bercita-cita mempunyai rumah besar jika tidak ingin memuliakan tamu. Menyantuni anak yatim tidak perlu dipamerkan di atas panggung yang seolah-olah anak yatim menjadi obyek tontonan.